Hi, Guys! I've written a fiction story below. This is about motivation.
Check this out!
===================================================================
Cerita Motivasi
Aku percaya, aku akan menjadi orang besar*
Mega
sedang menikmati damainya sore hari di teras depan kostan, di tanah perantauan, ditemani secangkir teh dan beberapa
potong biskuit. Terasa damai, walaupun sekitarnya seakan hutan rimba yang siap
menelan tubuhnya, begitu keras. Begitu banyak orang lalu lalang sibuk dengan
urusan masing-masing. Begitulah sudut pandang Mega, gadis cantik yang sedang
menuntut ilmu demi meraih citanya di kota orang lain, kota yang dia dimana dia
berada sekarang, kota yang jadi tujuan banyak orang mengadu nasib, Jakarta.
Begitu damai hatinya, hingga keramaian sekitar tak mengganggu saat santainya.
Matanya
asyik memandang beberapa foto yang ada di HP nya. Itu adalah foto-foto orang
tuanya yang berada di kampung halaman, dan foto adiknya. Senyumnya mengembang ketika melihat foto-foto
itu. Pikirannya melayang menikmati masa-masa indah dimana mereka masih bersama,
saat dia masih bocah. Masa disaat Mega belum tau ingin dan akan jadi apa.
Sejenak dia terganggu dengan teriakan anak-anak yang sedang bermain di depan
rumah samping kostan-nya. Rasa penasaran
menuntunnya untuk melihat mereka yang sedang bermain-main.
Satu
anak laki-laki jatuh, lututnya terluka hingga dia menangis. Anak kecil berusia
sekitar 3 tahun itu menangis sambil memanggil nama ibunya. Beberapa saat ibunya
menghampirinya. Ibu itu menenangkan anaknya, sambil berkata, "Cup, Sayang!
Masa mau jadi polisi cengeng gini sih? Pak polisi itu kaya gimana, Sayang? Kalo
polisi itu nggak boleh cengeng. Polisi itu kuat, nggak gampang nangis. Cup
yah…". Sekilas, Mega teringat dengan kata-kata ibunya padanya saat dia
menginjak SMP kelas 3.
Saat
itu Mega dan adiknya, ada kedua orang tuanya juga di situ. Mereka sedang nonton
TV di ruang keluarga. Itu adalah saat yang langka, karena semua anggota
keluarganya kumpul jadi satu, karena biasanya hanya Mega, ibu, dan adiknya yg
ada di rumah pada saat seperti itu, saat istirahat setelah sholat maghrib. Mega
membuat kejahilan kecil pada adiknya, hingga adiknya ngambek. Dia tetap saja
membuat kejahilan sambil mengejek adiknya. Sampai saat ibunya menegurnya,
"Mega!". Mega menghentikan kejahilannya. "Kamu itu bakal jadi
orang besar, gak pantes ah kalo kaya gitu" tegur ibunya. "Iya, orang
yang perutnya besar", ejek adiknya. "Jaga sikap dan sopan-santunmu,
Nak. Orang besar harus bisa menjaga sikap dan sopan santun", kata ibunya.
"Kenapa Ibu' ngomong kaya gitu?", tanya Mega. "Ibu yakin, kau
akan jadi orang besar kelak", tegas ibunya. Tak lama, terdengar suara
adzan Isya', Mega pun bergegas mengambil air wudlu untuk melaksanakan sholat.
Perkataan
dari ibunya itu sempat mengganggu pikiran Mega usai sholat. "Apa maksud
ibu tadi ya? Ah, biarin aja deh!".
Waktu
berjalan, tak terasa Mega sudah menginjak usia remaja. Pendidikan di sekolah
menengah pun sudah selesai. Mega mempunyai keinginan untuk meneruskan
sekolahnya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Mega mencoba mengikuti
seleksi di Perguruan Tinggi Negeri di daerah tempat tinggalnya, yaitu di Jawa
Tengah. Namun, usahanya belum berhasil lolos seleksi tersebut.
Cobaan
datang lagi mengahmpirinya. 1 bulan setelah tak lolosnya Mega di perguruan
tinggi, dia mencoba mengikuti seleksi karyawati supermarket. Salah satu teman
SMA nya, entah mengejek atau sekedar
bercanda, berkata pada Mega, "Oh, gini ya? Juara kok nggak kuliah ini
gimana?". Mega hanya tersenyum, lalu pergi menahan sakit hatinya. Dia
memang mendapat ranking satu paralel sewaktu UN di sekolahnya. Dalam seleksi
karyawati itu, dia diterima, tapi dia tidak mengambilnya, karena ijazah asli
harus ditahan oleh pihak manajemen supermarket. Itu akan menghalangi niatnya
untuk kuliah.
Tidak
mudah bagi Mega dalam menghadapi kegagalannya. Drop
dan down yang dia rasakan. Tidak bisa
lagi berpikir, mau apa dia sekarang, bertahan dia dalam lamunan.
"KAMU
AKAN JADI ORANG BESAR NANTINYA!", ingat Mega sesaat. Lamunannya buyar.
"Kalau aku begini terus, aku gak bakal bisa apa-apa. Mungkin aku gagal
tahun ini, tapi aku akan berhasil tahun depan", kata Mega. Semangatnya
perlahan muncul kembali. Beranjak berdiri. "Ya, aku mau kerja dulu, lalu
penghasilannya akan aku tabung untuk biaya daftar perguruan tinggi di tahun
depan!", tegas Mega.
Mega
bekerja sebagai operator warnet di daerah sekitar tempat tinggalnya. Menjadi
operator warnet sekitar tujuh bulan sangat bermanfaat baginya. Selain menambah
ilmu dan pengalaman baru, dia juga bisa menolong teman-temannya mencarikan info
beasiswa dan lowongan pekerjaan. Walaupun begitu, rintangan yang ada saat dia
bekerja tetap ada, rintangan tersebut sempat membuat dia down juga, dan sempat
ingin keluar dari pekerjaannya. Namun, dengan bersyukur, dia semakin kuat dan
makin banyak belajar dari rintangan yang dia alami. Setiap sholatnya, dia
bersyukur kepada Allah, dan setiap usai sholat dia berbisik pada hatinya,
"Aku percaya, aku akan jadi orang besar!"
Itulah
motivasi yang Mega tanamkan dalam diri Mega, dia selalu mengingatnya dikala
menghadapi susahnya hidup.
Satu
saat, ada tawaran dari seniornya untuk kuliah di perguruan tinggi swasta di
Jakarta. Mega penasaran dengan tawaran itu. Dia cek website perguruan tinggi tersebut, lalu dia putuskan untuk
mencobanya. Mega mohon ijin pada kedua orang tuanya untuk pergi ke Jakarta dan
ikut tes itu. Dia termasuk gadis yang berani, karena berani pergi ke Jakarta
seorang diri. Berusaha yang terbaik, itu yang bisa dia lakukan dalam tes
tersebut. Selebihnya dia serahkan pada Allah, apapun hasilnya. Selesai seleksi,
dia kembali lagi ke daerah asalnya.
Tak
disangkanya, hasilnya begitu menggembirakannya. Mega lolos seleksi perguruan
tinggi itu. Mega yakin untuk mengambil kesempatan itu. Dalam hatinya, siapa
tahu itu kesempatannya untuk meraih keyakinannya, "menjadi orang
besar". Orang tua Mega merestuinya untuk sekolah di perguruan tinggi
tersebut.
Sampai
sekarang, masuk semester tiga, Mega menikmati perjalanan hidupnya. Motivasi
yang besar itu, dia rasakan dari Allah melalui perkataan ibunya, perkataan yang
selalu membakar semangatnya. "Aku akan jadi orang besar kelak", bisik
Mega.
Adzan
maghrib berkumandang, saatnya Mega melaksanakan sholat maghrib. Tak terasa sore
sudah menjelma menjadi malam. Mega
bergegas menghabiskan teh yang belum habis, lalu mengambil air wudlu untuk
melaksanakan sholat di kostannya.
Sungguh
nikmat bagi Mega, mengenang perjuangannya untuk bisa sampai sekarang. Baginya
tiada yang tak mungkin, tidak akan tahu selagi belum mencoba. Satu lagi, dia
selalu mengingat sesuatu, apakah itu perkataan oarng tuanya, orang lain, tokoh,
apapun itu yang bisa memotivasinya. Motivasi itu penting. Motivasi bisa jadi
salah satu sumber semangat baginya untuk terus maju menghadapi rintangan yang
dia hadapi.
===================================================================
*based from true story
Remember, never give up! Face all the challenges in your life, and say, "Yes, I can do it!"
0 komentar:
Posting Komentar