Sabtu, 21 Juli 2012

Aku percaya, aku akan menjadi orang besar


Hi, Guys! I've written a fiction story below. This is about motivation.
Check this out!

===================================================================

Cerita Motivasi


Aku percaya, aku akan menjadi orang besar*

Mega sedang menikmati damainya sore hari di teras depan kostan, di tanah perantauan, ditemani secangkir teh dan beberapa potong biskuit. Terasa damai, walaupun sekitarnya seakan hutan rimba yang siap menelan tubuhnya, begitu keras. Begitu banyak orang lalu lalang sibuk dengan urusan masing-masing. Begitulah sudut pandang Mega, gadis cantik yang sedang menuntut ilmu demi meraih citanya di kota orang lain, kota yang dia dimana dia berada sekarang, kota yang jadi tujuan banyak orang mengadu nasib, Jakarta. Begitu damai hatinya, hingga keramaian sekitar tak mengganggu saat santainya.

Matanya asyik memandang beberapa foto yang ada di HP nya. Itu adalah foto-foto orang tuanya yang berada di kampung halaman, dan foto adiknya.  Senyumnya mengembang ketika melihat foto-foto itu. Pikirannya melayang menikmati masa-masa indah dimana mereka masih bersama, saat dia masih bocah. Masa disaat Mega belum tau ingin dan akan jadi apa. Sejenak dia terganggu dengan teriakan anak-anak yang sedang bermain di depan rumah samping kostan-nya. Rasa penasaran menuntunnya untuk melihat mereka yang sedang bermain-main.

Satu anak laki-laki jatuh, lututnya terluka hingga dia menangis. Anak kecil berusia sekitar 3 tahun itu menangis sambil memanggil nama ibunya. Beberapa saat ibunya menghampirinya. Ibu itu menenangkan anaknya, sambil berkata, "Cup, Sayang! Masa mau jadi polisi cengeng gini sih? Pak polisi itu kaya gimana, Sayang? Kalo polisi itu nggak boleh cengeng. Polisi itu kuat, nggak gampang nangis. Cup yah…". Sekilas, Mega teringat dengan kata-kata ibunya padanya saat dia menginjak SMP kelas 3.

Saat itu Mega dan adiknya, ada kedua orang tuanya juga di situ. Mereka sedang nonton TV di ruang keluarga. Itu adalah saat yang langka, karena semua anggota keluarganya kumpul jadi satu, karena biasanya hanya Mega, ibu, dan adiknya yg ada di rumah pada saat seperti itu, saat istirahat setelah sholat maghrib. Mega membuat kejahilan kecil pada adiknya, hingga adiknya ngambek. Dia tetap saja membuat kejahilan sambil mengejek adiknya. Sampai saat ibunya menegurnya, "Mega!". Mega menghentikan kejahilannya. "Kamu itu bakal jadi orang besar, gak pantes ah kalo kaya gitu" tegur ibunya. "Iya, orang yang perutnya besar", ejek adiknya. "Jaga sikap dan sopan-santunmu, Nak. Orang besar harus bisa menjaga sikap dan sopan santun", kata ibunya. "Kenapa Ibu' ngomong kaya gitu?", tanya Mega. "Ibu yakin, kau akan jadi orang besar kelak", tegas ibunya. Tak lama, terdengar suara adzan Isya', Mega pun bergegas mengambil air wudlu untuk melaksanakan sholat.

Perkataan dari ibunya itu sempat mengganggu pikiran Mega usai sholat. "Apa maksud ibu tadi ya? Ah, biarin aja deh!".

Waktu berjalan, tak terasa Mega sudah menginjak usia remaja. Pendidikan di sekolah menengah pun sudah selesai. Mega mempunyai keinginan untuk meneruskan sekolahnya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Mega mencoba mengikuti seleksi di Perguruan Tinggi Negeri di daerah tempat tinggalnya, yaitu di Jawa Tengah. Namun, usahanya belum berhasil lolos seleksi tersebut.

Cobaan datang lagi mengahmpirinya. 1 bulan setelah tak lolosnya Mega di perguruan tinggi, dia mencoba mengikuti seleksi karyawati supermarket. Salah satu teman SMA nya, entah  mengejek atau sekedar bercanda, berkata pada Mega, "Oh, gini ya? Juara kok nggak kuliah ini gimana?". Mega hanya tersenyum, lalu pergi menahan sakit hatinya. Dia memang mendapat ranking satu paralel sewaktu UN di sekolahnya. Dalam seleksi karyawati itu, dia diterima, tapi dia tidak mengambilnya, karena ijazah asli harus ditahan oleh pihak manajemen supermarket. Itu akan menghalangi niatnya untuk kuliah.

Tidak mudah bagi Mega dalam menghadapi kegagalannya. Drop dan down yang dia rasakan. Tidak bisa lagi berpikir, mau apa dia sekarang, bertahan dia dalam lamunan.

"KAMU AKAN JADI ORANG BESAR NANTINYA!", ingat Mega sesaat. Lamunannya buyar. "Kalau aku begini terus, aku gak bakal bisa apa-apa. Mungkin aku gagal tahun ini, tapi aku akan berhasil tahun depan", kata Mega. Semangatnya perlahan muncul kembali. Beranjak berdiri. "Ya, aku mau kerja dulu, lalu penghasilannya akan aku tabung untuk biaya daftar perguruan tinggi di tahun depan!", tegas Mega.

Mega bekerja sebagai operator warnet di daerah sekitar tempat tinggalnya. Menjadi operator warnet sekitar tujuh bulan sangat bermanfaat baginya. Selain menambah ilmu dan pengalaman baru, dia juga bisa menolong teman-temannya mencarikan info beasiswa dan lowongan pekerjaan. Walaupun begitu, rintangan yang ada saat dia bekerja tetap ada, rintangan tersebut sempat membuat dia down juga, dan sempat ingin keluar dari pekerjaannya. Namun, dengan bersyukur, dia semakin kuat dan makin banyak belajar dari rintangan yang dia alami. Setiap sholatnya, dia bersyukur kepada Allah, dan setiap usai sholat dia berbisik pada hatinya, "Aku percaya, aku akan jadi orang besar!"

Itulah motivasi yang Mega tanamkan dalam diri Mega, dia selalu mengingatnya dikala menghadapi susahnya hidup.

Satu saat, ada tawaran dari seniornya untuk kuliah di perguruan tinggi swasta di Jakarta. Mega penasaran dengan tawaran itu. Dia cek website perguruan tinggi tersebut, lalu dia putuskan untuk mencobanya. Mega mohon ijin pada kedua orang tuanya untuk pergi ke Jakarta dan ikut tes itu. Dia termasuk gadis yang berani, karena berani pergi ke Jakarta seorang diri. Berusaha yang terbaik, itu yang bisa dia lakukan dalam tes tersebut. Selebihnya dia serahkan pada Allah, apapun hasilnya. Selesai seleksi, dia kembali lagi ke daerah asalnya.

Tak disangkanya, hasilnya begitu menggembirakannya. Mega lolos seleksi perguruan tinggi itu. Mega yakin untuk mengambil kesempatan itu. Dalam hatinya, siapa tahu itu kesempatannya untuk meraih keyakinannya, "menjadi orang besar". Orang tua Mega merestuinya untuk sekolah di perguruan tinggi tersebut.

Sampai sekarang, masuk semester tiga, Mega menikmati perjalanan hidupnya. Motivasi yang besar itu, dia rasakan dari Allah melalui perkataan ibunya, perkataan yang selalu membakar semangatnya. "Aku akan jadi orang besar kelak", bisik Mega.

Adzan maghrib berkumandang, saatnya Mega melaksanakan sholat maghrib. Tak terasa sore sudah menjelma menjadi malam.  Mega bergegas menghabiskan teh yang belum habis, lalu mengambil air wudlu untuk melaksanakan sholat di kostannya.

Sungguh nikmat bagi Mega, mengenang perjuangannya untuk bisa sampai sekarang. Baginya tiada yang tak mungkin, tidak akan tahu selagi belum mencoba. Satu lagi, dia selalu mengingat sesuatu, apakah itu perkataan oarng tuanya, orang lain, tokoh, apapun itu yang bisa memotivasinya. Motivasi itu penting. Motivasi bisa jadi salah satu sumber semangat baginya untuk terus maju menghadapi rintangan yang dia hadapi.

===================================================================
*based from true story

Remember, never give up! Face all the challenges in your life, and say, "Yes, I can do it!"

0 komentar:

Posting Komentar